Smart City, Kota Cerdas. Akhir-akhir ini konsep ini banyak menggema
di media. Konsepnya adalah kota yang mampu mengelola sumber dayanya secara
efektif dan efisien lalu mewujudkannya dalam bentuk informasi kepada masyarakat
yang bertujuan untuk mengantisipasi kejadian yang tak terduga. Halah anu
terlalu panjang pengertiannya, intinya itu ya semua terhubung dengan internet
supaya akses mudah. Sekarang ini kota besar di Indonesia sedang berlomba-lomba
untuk menjadi Smart City Indonesia, ada beberapa kota besar sudah memulainya
seperti yang sering terdengar adalah Jakarta, Bandung dan Surabaya. Semoga saja
cepat menjalar ke Kota dan Kabupaten Malang, kota dimana saya dilahirkan dan
dibesarkan.
Malang ini sebagai kota yang sudah mulai padat penduduknya
seharusnya memang menjadi Smart City, bukannya apa. Malang itu luas sekali
cakupan wilayahnya ada Kota dipimpin Wali Kota dan ada Kabupaten dibawah
kendali Bupati. Diantara Kota dan Kabupaten yang memiliki wilayah terluas
adalah Kabupaten yang pusat pemerintahannya ada di Kepanjen, yang letaknya ada
di sebelah selatan Kota Malang. Sebagai pusat pemerintahan maka kantor
administrasi dan segala tetek bengek urusan masyarakat ada di Kepanjen.
Terbayang kan jika masyarakat kabupaten kecamatan Lawang yang ada dibatas utara
kabupaten Malang dengan Pasuruan ingin mengurus administrasinya?? Jauh sekali,
tua di jalan lah pokoknya. Saya juga merasakan hal yang sama ingin mengurus
apa-apa harus ke Kepanjen, rasanya itu kok nelangsa. Apalagi sudah jauh harus
antri lalu tiba-tiba ada tulisan “maaf blanko habis” atau “maaf kuota
pengurusan penuh untuk hari ini”. Pernahkah saya mengalaminya? Saya jawab
pernah waktu mengurus SKCK. Hal ini gara-gara apa, iya gara-gara sistem pengurusannya
manual. Coba kalau bisa mengisi formulir dari internet atau segala bentuk
database kependudukan sudah diintegrasikan, lebih enak kan? Tidak perlu repot antri
dan tidak membuang waktu.
Sebenarnya pemerintah Indonesia sudah mulai membuat e-KTP
yang mana identitas penduduk ini bisa diintegrasikan dengan macam-maca data
yang lain. Malang, sudah menerapkannya dan sudah menggelar e-KTP massal untuk
mencatat data identitas penduduk ini. Tinggal pemda kota dan kabupaten melakukan
pengelolaannya dengan maksimal. Dimulai dengan membangun infrastrukturnya
berupa mewajibkan setiap kantor urusan publik memiliki website yang bisa
diakses penuh oleh masyarakat. Dimana diwebsite tersebut tercantum berbagai
kebutuhan yang diperlukan masyarakat misalnya untuk Disdukcapil (Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil) yang mengurusi data kependudukan berupa KTP dan
Akta Kelahiran, diwebsitenya harus ada informasi tata cara dan alur pengurusan
KTP dan Akta Kelahiran. Lalu ada formulir untuk kepengurusannya yang bisa diisi
terlebih dahulu lewat internet yang pada akhirnya diberikan nomor registrasi,
sehingga saat masyarakat pergi mengurus ke kantor Disdukcapil-nya tinggal menyerahkan
nomor registrasinya dan petugas tinggal mencetak dan mencocokan data yang ada
dengan database rujukan yang dimiliki. Seperti itu. Saya rasa bukan suatu yang
mustahil untuk diwujudkan apalagi teknologi internet berbasis database sekarang
sudah berkembang pesat. Lha wong panggil ojek saja sekarang bisa pakai internet
kok, masa yang begini tidak bisa? Pasti bisalah.
Implementasi penggunaan internet dalam kehidupan masyarakat
kota tidak hanya sebatas mengelola urusan administrasi publik saja melainkan
bisa ke sektor pariwisata juga. Seperti yang saya tahu, Malang menjadi kota
yang sering disinggahi oleh wisatawan luar negeri mayoritas sih warga Belanda.
Karena sepertinya ada ikatan kenangan masa lalu yang terjadi antara warga
Belanda tempo dulu dengan Malang. Banyaknya wisatawan luar negeri ini
mengharuskan malang menyediakan tourism center yang banyak dan letaknya
strategis sehingga bisa diakses dengan mudah. Tourism center sendiri juga harus
mampu memberikan informasi yang akurat mengenai segala bentuk tetek bengek
kepariwisataan tidak hanya berupa gubuk kecil yang diisi dengan brosur-brosur.
Oh iya, yang paling saya inginkan dan iri-kan adalah ketika
Bang Emil (Ridwan Kamil) bilang ingin menyediakan sepeda kayuh untuk masyarakat
Bandung yang mana bisa disewa di center point penyewaan dan dapat dikembalikan
di center point penyewaan yang lainnya. Untuk memudahkan hal yang seperti ini
lagi-lagi peran teknologi informasi berupa integrasi data antara center point
yang satu dengan center point yang lain sangat dibutuhkan.
Konsep Smart City ini jika benar-benar diimplementasikan
dalam kehidupan masyarakat maka akan sangat membantu dan memudahkan sekali.
Istilahnya apa-apa tinggal klik. Menghemat waktu dan tenaga. Lantas yang
menjadi masalah lain adalah sudah siapkan masyarakatnya untuk memakai
kecanggihan ini??
0 komentar:
Post a Comment