Monday 23 January 2017

Kebanggaan untuk Saya, Receh untuk Mereka

Diposkan oleh corat coret di 15:16:00
           Writing challenge tetap berlanjut untuk hari ke-6, saya tidak tahu mengapa menjawab pertanyaan Momon kali ini terasa sulit bagi saya. Bukan apa, karena saya menulisnya dengan benar-benar baper tingkat mahadewa. Untuk tulisan kali ini saya sungguh-sungguh serius, tidak seperti tulisan-tulisan biasanya yang terkesan cengengesan. Apa mungkin juga efek dari lagu yang sedang saya dengarkan lewat earphone ini Tum Hi Ho -nya Arijit Singh (aaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh...............................................................)
           Satu-satunya hal yang benar-benar membanggakan saya namun dianggap receh orang lain adalah ketika saya bisa masuk kuliah. Untuk teman-teman saya, masuk atau mendaftarkan diri ke universitas dan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi merupakan hal lumrah.  Apalagi mengingat saya yang terdampar di lingkungan sekolah favorit di kota saya. Diantara bunga mawar dan tulip saya seperti rumput liar disana, karena jelas perbedaan strata, saya hanyalah anak dari kasta sudra. Kaum papa yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari di lingkungan sekolah tersebut. Saya ditakdirkan lahir di keluarga yang hidup sangat pas-pasan. Ayah saya hanya seorang driver di sebuah perusahaan gajinya hanya sekitar 1juta untuk menghidupi seorang istri dan 3 anak yang semua alhamdulillah sekolah. Gaji tersebut sangat jomplang sekali dengan angka kebutuhan hidup saat itu. Subhanallah, entah bagaimana caranya Allah mencukupkan gaji tersebut untuk kebutuhan makan kami tanpa harus kelaparan dan biaya sekolah yang menunggak dan lebih alhamdulillah lagi kami tidak berhutang. 
           Kala itu, sebuah kemustahilan saya bisa kuliah. Walaupun saya benar-benar telah lulus PMDK (PMDK itu yang sekarang disebut SNMPTN, seleksi masuk perguruan tinggi negeri berdasarkan nilai rapor), walaupun sudah tercatat sebagai mahasiswa baru karena lolos PMDK tapi darimana keluarga saya memiliki uang sejumlah 7juta rupiah untuk pembayaran uang gedung apalagi biaya per semesternya senilai 1,8 juta. Gaji ayah saya saja tidak melebihi itu, kalau untuk bayar uang semester apa tidak makan keluarga saya? Namun ternyata ayah saya mendapatkan pinjaman uang sebesar 15juta dari saudara kami, 7 juta untuk membayar uang gedung dan sisanya beliau membelikan laptop dan printer untuk ketiga anaknya khususnya untuk saya yang tugas-tugas kuliahnya sangat banyak. Dan ayah saya mengembalikan uang itu secara dicicil selama saya menempuh pendidikan. 
           Berangkat pagi pulang petang, sakitpun tidak dirasakan, panas hujan diterjang demi mendapatkan uang tambahan untuk membayar cicilan itu. Perjuangan yang sedemikian keras yang dilakukan ayah sangat membebani saya, bagaimana saya bisa membalas semua itu kecuali dengan memberikan kebanggaan dalam hal akademis untuk ayah saya. Dengan mengingat semua usaha keras ayah, saya belajar dan berjuang untuk mendapatkan nilai tertinggi. Waktu itu cukuplah dengan nilai tertinggi sekelas, tak dinyana ternyata nilai saya tertinggi sejurusan seletting saya. Summa Cum Laude dan Magna Cum Laude selalu saya berikan untuk ayah di setiap semester. Dengan IPK yang selalu cum laude tersebut saya berhasil mendapatkan beasiswa per semesternya, dengan demikian ayah saya tidak terbebani lagi dengan biaya semesteran. Walaupun semua itu saya dapatkan bukan hanya dengan belajar saja tapi juga dengan bully-an dan kebencian yang saya terima dari teman-teman saya. Mereka bilang saya terlalu serius dan terlalu rajin, puncak kebencian mereka kepada saya, saat saya diajak bolos untuk suatu kelas yang ada di jam 15.30 hingga jam 17.00 tapi saya tetap masuk . Kebayang kan gimana malasnya jam segitu untuk kuliah lebih baik tidur kleset-kleset dan ngulet-ngulet di kasur. 
           Konsekuensi untuk rajin yang over dosis di mata teman-teman ini adalah sikap kebencian mereka terhadap saya. Waktu itu dipikiran saya yang sedemikian idealis, saya menganggap mereka benar-benar meremehkan kesempatan kuliah dengan berleha-leha. Sedangkan saya disini justru membanggakan kesempatan berkuliah ini. Mereka tidak pernah tahu apa perjuangan apa yang dilakukan ayah saya untuk suatu kebanggaan yang diremehkan oleh mereka. Mereka yang hidupnya sungguh beruntung karena tidak perlu perjuangan untuk keremehan yang disebut kuliah. 

Didedikasikan untuk Ayah saya di surga, you are my superhero
#KampusFiksi10DaysWritingChallenge
#Day6
#10DaysKF
@KampusFiksi
          

0 komentar:

Post a Comment

 

Corat Coret Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review