Monday 13 March 2017

Ia dan Kemauannya

Diposkan oleh corat coret di 10:02:00
           Anak adalah buah hati orang tuanya. Intan berlian yang dijaga sepenuh jiwa raga. Apapun dilakukan agar si anak ini terpenuhi segala kebutuhannya tanpa kurang suatu apapun. Bahkan, ada banyak orang tua yang sudah mengambil ancang-ancang si anak ini akan menjadi apa di kemudian hari. Serentetan profesi keren berduyun-duyun datang membanjiri angan di kepala. Berdecak kagum dan berbanggalah orang tua membayangkan profesi-profesi keren itu. Padahal si anak ini baru 3 bulan yang lalu bisa menghirup oksigen langsung dari ibu bumi dan baru bisa menikmati lembut dan hangatnya sinar dari bapak matahari. Namun harapan besar dari orang tua sudah dipanggulkan ke pundak si anak bahwa si anak harus menjadi seperti angannya. Jika dikemudian hari si anak sudah bertumbuh menjadi manusia dewasa yang ternyata ia menjadi manusia berbeda dari apa yang diangankan orang tuanya bahkan sebelum ia bisa menegakkan lehernya sendiri, murkalah orang tuanya dan bersedih meratap-ratap di atas kursi. Merutuki nasib bahwa kenapa anaknya tidak bisa mewujudkan angannya dulu. Sembari mengungkit bahwa telah ia cukupi semua kebutuhan anak itu. 


           Sedangkan saya, saya belumlah punya anak. Aaahhh jomblo ngenes single yang membayangkan nikah saja tiada berkemampuan apalagi punya anak. Jauh. Namun bila nanti anak saya bertentangan dengan harapan saya. Ya sudah saya biarkan saja. Toh sebelum itu terjadi saya akan berprinsip tak akan mengharapkan ia menjadi seperti kemauan saya. Cukuplah saya mendidik mereka seperti apa yang Allah SWT firmankan :


Allah tidak mewajibkanmu untuk menjadikan anak-anakmu mahir dalam segala hal, tetapi Allah mewajibkanmu untuk membentuk anak-anak yang sholeh dan sholehah serta terbebas dari neraka (Lihat QS.66:6, QS.46:15)
Hendak menjadi apa ia adalah urusan ia dan cita-citanya. Karena seperti kata Kahlil Gibran dalam The Prophet :


Anakmu bukanlah milikmu. Mereka putera puteri sang Hidup yang rindu pada diri sendiri. Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau. Mereka ada padamu, tapi bukan kepunyaanmu.

Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu, sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri. Patut kau berikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya. Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tiada dapat kau kunjungi sekalipun dalam mimpi.

           Jika sejak awal begini saya tanamkan prinsip ini dalam pikiran dan hati, maka saya yakin saya tak akan pernah kecewa pada anak saya kelak karena saya tak pernah memanggulkan harapan besar dibahunya kecuali mereka menjadi anak yang soleh dan solehah.
      
13 Maret 2017
Arema-nita, Tary wilujeng

Writing Challenge "7 Hari Tantangan Menulis" #Hari3 #KampusFiksi #BasabasiStore

2 komentar:

Mas said... Reply Comment

aamiin. semoga nanti memiliki anak yg sholeh atau sholehah. :)

corat coret said... Reply Comment

@Mas: hahahaha aamiin

Post a Comment

 

Corat Coret Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review