Wednesday 2 December 2015

Antara Kebun Bunga Amaryllis, Saya, PPKn dan Otak yang Tak Dipinjamkan

Diposkan oleh corat coret di 15:17:00
   
           Sekian hari di medsos dan portal-portal berita dihebohkan dengan kebun bunga yang disebut-sebut Amaryllis yah walaupun ada orang melalui tulisannya nama sebenarnya untuk bunga itu bukan Amaryllis tapi Hippeastrum Puniceum nama lokalnya Bawang Procot. Terserahlah mau yang mana namanya toh saya juga tidak tahu persis bedanya dimana. Heboh beritanya adalah ada anak yang disebut netizen sebagai alayer mengupload foto selfienya di kebun bunga Amaryllis sembari menuliskan kalimat yang sepatutnya tidak ditulis. 

           Perlu saya kutipkan kalimatnya atau tidak? sepertinya perlulah supaya lebih drama. Beginilah katanya yang berinisial HS : "Gue foto disini, masalah? Bodo amat, suka gue dong. Ngurus hidup sendiri aja belum tentu bisa, sok-sokan ngurusin bunga yang layu di kebun" dibelahan dunia lain ternyata juga ada alayers panggil saja RPC  yang mengupload foto selfienya dikebun Bawang Procot itu diimbuhi rentetan kalimatnya "wajar lh keinjak bunga kan tumbuh nggak beraturan jadi pengunjung bingung memilih jalan yang d lewati klo soal bunganya d halaman rumah warga emang bener,, tp gk da hak buat mereka marah karna bunganya keinjak,, karna qta masuk itu bayar,, per orang aja 5000,,menurut aq sih klo bayarnya sgitu trus bunganya sdikit rusak karna keinjak pengunjung yang selfie wajar lah yaa".
           Kalau dipikir dengan nalar yang diletakkan ditumit, sepertinya saya ini memang terlalu sibuk dan terlalu sok dan ikut campur dengan hal yang sepele seperti ini. Benar juga kata mbak HS ini, saya saja belum tentu bisa mengurus diri sendiri bahkan dalam urusan malam minggu saja tidak pernah beres. Lebih sering mengurung diri di rumah kalau bisa malah tidak keluar kamar sama sekali supaya tidak malu karena tidak ada yang ngapeli. Masalah ini saja belum bisa saya atasi tapi malah sok-sokan mengurus bunga yang notabene bukan milik saya. Maafkan saya mbak HS. Saya memang norak ya mbak, seperti orang kampung yang gemar nggunem (baca : ngomel). Mungkin pelajaran PPKn jaman SD pernah membuat trauma sehingga terlalu mengusik hati saya jika ada yang merusak keindahan. PPKn waktu SD saya kan tentang keindahan, kerapian, kedisiplinan, tenggang rasa, budi pekerti dan tepa selira oh iya tidak lupa juga tentang lima agama di Indonesia beserta dengan nama kitab suci dan tempat ibadahnya lengkap dengan hari besar agama. Sepertinya trauma itu yang mendorong saya ikut-ikutan membully mbak, maafkan saya sekali lagi.
           Sama sepeti mbak HS saya juga minta maaf kepada mbak RPC, memang saya ini orang udik padahal mbak RPC ini nggak salah apa-apa tapi tetap saja saya gunem beginilah tabiatnya orang yang keracunan pelajaran PPKn seperti saya. Logikanya benar juga kata-kata mbak RPC ini jika otaknya dipinjamkan ke sahabatnya seperti Spongebob yang meminjamkan otaknya ke Patrick. Jika kita sudah bayar maka kita berhak melakukan apa yang kita mau sesuka hati secara maksimal jika sudah bayar tapi kita masih ragu-ragu untuk memaksimalkan kemauan kita yang kadang kala lebih berteman dengan egois maka salah anda sendiri kenapa tidak mau. Rugi - hemat katanya seperti itu. Hlaaa saya ini kan orang kampung mbak tidak tahu sama sekali adat per-selfie-an kalau saya disuruh selfie dengan latar belakang bunga-bunga ya saya akan foto bersama bunga bukan beralaskan bunga. Mungkin ini yang dimaksud dengan rugi yang tersirat dalam kalimat mbak RPC. Saya hanya sekelumit dari bagian orang kampung mbak yang masuk rumah orang dengan lantai kinclong saya akan melepas sepatu atau sendal saya walaupun toh tuan rumah sudah menyuruh untuk memakai saja alas kaki saya, tapi karena saya terlalu ndeso saya sungkan dan tetep kekeuh melepas alas kaki. Ini tata krama yang diajarkan orang tua saya dirumah mbak, tata krama seperti ini kan diasosiasikan tindakan ndeso. Mbak RPC kan orang kota yang gaul abis jadi maklum jika tidak tahu tata krama seperti ini jadi yaaaaaa wajar kalau melihat kebun bunga yang tidak memiliki area untuk berjalan tapi tetep kekeuh langsung nyelonong ke tengah kebun untuk selfie dan kemudian mengatai kami termasuk saya yang punya rasa sungkan adalah kaum merugi. Tak apalah merugi daripada merugikan orang lain, betul kan mbak?? Mbak RPC ini pintar sekali menerapkan prinsip ekonomi yang bunyinya "mengeluarkan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya". Lima ribu rupiah kan kecil ya mbak dibandingkan tiket masuk kebun raya atau Dufan dan hasil besarnya adalah foto selfie ditengah kebun bunga yang indah dan kemudian dapat banyak like sehingga pamor didunia persosmedan jadi naik ya mbak dengan modal kecil lhooooo Rp 5000,- saja. 
           Ya sudahlah apalah saya ini, pokoknya saya hanya mau minta maaf kepada mbak-mbak ini yang sudah menjadi korban guneman saya karena hati dan pikiran saya terlalu keracunan PPKN dan otak saya yang tidak pernah saya pinjamkan kepada sahabat baik saya. ^^
 

0 komentar:

Post a Comment

 

Corat Coret Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review